Kamis, 10 November 2011

Aku Ingin Menikah, Tapi...

Aku Ingin Menikah, Tapi...

Pernikahan, adalah momen penting bagi setiap orang. Termasuk juga bagiku. Setelah sekian lama, aku berharap kejadian sakral itu segera terjadi dalam hidupku.

Aku benar- benar ingin menikah, tapi...

Aku belum bisa memantaskan diriku dengan keikhlasan karena Allah, untuk sebuah pembelajaran kepada seorang wanita. Ya, wanita yang nantinya akan menjadi istriku. Semua karena masih besarnya egoku, dan susahnya diriku, bahkan untuk sekedar menyenangkan orang lain. Yang ada malah, aku ingin selalu dimanjakan dan disenangkan. Tak ada istilah kemakluman bagiku atas diri orang lain. Karena itu sungguh sangatlah sulit untuk ku lakukan. Belum ada istilah `kita` dalam hidupku, yang ada adalah, kamu dan aku.

Aku ingin menikah, tapi... aku belum bisa dan belum terbiasa untuk berbagi. Bagiku, semua milikku adalah milikku, dan menurutku orang lainpun harus berusaha sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang kemudian akan menjadi milik mereka.

Aku ingin menikah, tapi...aku belum bisa bersabar. Aku terbiasa mengumbar emosiku atas apapun yang aku mau dan yang aku suka. Yang aku mau adalah, justru orang lain bersabar atas apa adanya aku. Yang aku mau adalah, orang lain selalu membenarkan apapun pendapatku, serta menurutinya.

Aku ingin menikah, Tapi... aku belum bisa bersikap lembut. Buatku, lembut adalah lemah. Dan menurutku, laki-laki lembut adalah identik dengan ketidak mampuan mereka untuk melawan dan hanya sekedar menuruti keinginan orang lain.

Aku ingin menikah, tapi...aku adalah pribadi yang susah dipercaya. Bagiku kejelekan siapapun, kecuali diriku sendiri adalah sesuatu yang enak untuk dibicarakan dan bagiku itu adalah hiburan. Kadang aku bertanya pada diri sendiri, lalu bagaimana jika nanti istriku memiliki kekurangan yang jelas- jelas aku akan tahu.. entahlah, yang aku tahu aku hanya ingin menikah.

Aku ingin menikah, Tapi aku belum bisa tampil indah bagi orang lain. Menurutku, orang lain harus menerima apa adanya aku. Jika mereka tak menyukainya, itu hak mereka dan bukan urusanku. Dalam pikiranku, kritik adalah tuntutan orang lain atas aku, dan sama sekali aku tidak suka itu.

Aku ingin menikah, tapi aku tak tahu atas niatan apa aku ingin menikah. Yang aku tahu, aku hanya membutuhkan seseorang yang akan mendampingi aku. Paling tidak supaya aku tidak mendapat julukan `tidak laku`.. saja. Dan aku tidak mau diribetkan dengan rentetan tuntutan dan kewajiban dari sebuah pernikahan. Yang aku tahu, aku hanya ingin menikah.

Aku ingin menikah, tapi...mungkin sebaiknya aku bertanya kepada diriku sendiri dahulu, Aku memang ingin menikah, tapi apakah aku sudah benar- benar mempersiapkan diri untuk menikah?

(Syahidah/Voa-Islam.com

Minggu, 06 November 2011

Tentang aku, kamu, dia, dan mereka

Entah, selalu kata itu menghiasi setiap perbincangan kita. Seperti sebuah kata yang harus ada dalam suatu kalimat atau mungkin paragraf.
Aku dan kamu tau, bahwa dia dan mereka akan menjadi bagian dari kita. Bahkan kita pun akan menjadi satu bagian. Entah apa yang terjadi, jika satu atau beberapa bagian itu tak bergabung. Bukan hanya akan kacau saja namun, bisa jadi malah akan kehilangan makna dari kesatuan itu. Hambar terasa, sangat hambar, ibarat sayur bukan hanya tanpa garam, tapi jugs tanpa bumbu yang lain. Tidak ada rasanya sama sekali. Ya, selalu muncul pertanyaan, kenapa tidak ada yang selaras dengan kita, bahkan diri kita sendiri pun tidak saling menyalaraskan diri. Masing-masing ingin dimengerti, ingin dipahami, tak pernah muncul solusi.

Mereka mungkin tak tau, bagaimana rumitnya cara kita. Tapi aku selalu berusaha membuatnya "nampak" tidak rumit, hanya "nampak" bukan benar-benar tidak rumit. Mereka hanya tau, bagaimana menyampaikan keinginan mereka kepada kita. Bagaimana melindungi kita dari setiap marabahaya, bukan hanya marabahaya fisik saja, namun juga marabahay psikis dan sosial. Tanpa mereka mau tau, apa yang telah dan akan kita alami. Bukan mereka yang akan menjalani kehidupan kita. Namun kita sendiri lah yang akan menjalaninya. Tapi, ya tetap saja kita pun memikirkan perasaan mereka.

Dan dia, dia hanya sebuah bagian yang harus kita perbaiki. Harus kita jaga, bukan hanya aku dan kamu dan mereka, tapi kita semua. Jika sendirian, kita tak akan mampu untuk menyelesaikannya. Bisa jadi dia semakin sulit dibereskan bahkan malah bisa menjadi sumber dari kekacauan yang akan datang. Kita harus menyelesaikannya bersama. Berpikir dengan kepala tenang dan hati yang lapang.



Tak bisakah seperti hujan hari ini?
Datang dengan ketenangan, Perlahan menghapus debu, membasuh kering, menggeser gersang.
Harum yang selalu dirindu.

Perjalanan Hidupku

Aku sadar, aku banyak melakukan kesalahan...
Banyak melakukan dosa...
Bahkan mungkin bukan dosa biasa...
Lika-liku hidupku beraneka rupa...

Aku senang...
Bukan karena dosa yang kulakukan...
Tapi karena aku disadarkan oleh ALLAH...
Bahwa yang kulakukan adalah dosa...
Bahwa yang kukerjakan itu salah...
Bukan hanya dari apa yang telah kulakukan saja...
Tetapi juga, terhadap apa yang telah orang lain lakukan...

Aku bersyukur...
Karena menyadarinya sebelum ajal menjemputku...
Sehingga, aku masih memiliki kesempatan...
Kesempatan untuk memperbaiki diriku...
Menjadikan hidupku lebih baik dari sebelumnya...

Jumat, 04 November 2011

Kisah Cinta

Lelaki ini adalah Otak Staretegi Perang “Parit”
Di Madinah seorang Muslimah, telah mengambil hatinya
Bukan sebagai KEKASIH….
Tapi sebagai sebuah PILIHAN..
Pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Menikah.
Iya hanya Menikah, jalan itu…
Tapi Madinah adalah tempat asing untuknya…
Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya
Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang….
Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah
berbicara untuknya dalam khithbah…
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya
Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan.
Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah.
Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterus terangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman.
Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar dari pada pelamarnya!
Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati.
Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
Cinta memang tak harus memiliki…
)I(
Lelaki ini adalah Khalifah ke empat, setelah Usman bin Affan…
Dia memandang seorang bocah perempuan
Di pelataran rumah seorang sahabatnya…
‘Aisyah binti Thalhah.
Nama bocah perempuan itu…..
Maka berkelebatlah Kenangan
Tentang sahabatnya itu ….Thalhah
Thalhah lah lelaki yang mengatakan
Pada perang Uhud
“Khudz bidaamii hadzal yauum, hattaa tardhaa…”
“ Ya Allah, ambil darahku hari ini sekehendakMu hingga Engkau ridha.”
Tombak, pedang, dan panah yang menyerpih tubuh dibiarkannya, dipeluknya badan sang Nabi seolah tak rela seujung bulu pun terpapas.
Tapi ia juga yang membuat Arsy Alloh bergetar dengan perkataannya
Maka Alloh menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelima puluh tiga surat Al Ahzab.
Ini di sebabkan
Ketika Thallhah berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya
Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka.
Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik.
Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati,
“Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Maka bergetarlah Langit
“Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
(QS Al Azhab 53)
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya.
Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah.
‘Aisyah binti Thalhah.
Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya.
Persis seperti ‘Aisyah binti Abu Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Cinta memang tak harus memiliki…
)I(
Lelaki ini adalah sebaik-baiknya Raja
Sepeninggal Khalifah ke empat Ali Bin Abu Thalib
Hatinya, bergetar dan ia tahu
Dia telah Jatuh cinta
Pada seorang Muslimah Sholeha…
Rakyatnya
Tak ada yang istimewa
Pada wanita itu dari segi kecantikannya
Justru itu lah yang membuatnya Jatuh Cinta
Maka dengan kekuasaanya
Ia menikahi wanita itu…
Tapi ia tak tahu
Ia tak pernah bisa
MENIKAHI HATI WANITA ITU……
Wanita itu telah melatakan hatinya
Pada pemuda desanya….
Hingga di keheningan malam
Di 1/3 terakhir
Terdengarlah olehnya
Bait-bait
Puisi dalam lantunan Doa….
Tentang kerinduannya
Pada pemuda desa itu…
Ia sadar
Ini adalah DEKLARASI JIWA istrinya
“Aku Tak Mencintaimu”
Maka dengan berat hati
Ia ceraikanlah istrinya
Lelaki ini adalah Muawiyyah bin Abu Sofyan
Duta pertama dari Rasulullah Saw
Yang datang dan melaporkan keadaan Kepulauan Nusantara
Kepada Nabi Saw
Cinta memang tak harus memiliki…
)I(
Lelaki ini adalah IDEOLOG IKHWANUL MUSLIMIN
Orang no 2 yang sangat berpengaruh setelah Hasan AlBanna, pada Harokah itu..
Ia adalah lelaki Sholeh
Dulu ia pernah jatuh cinta pada gadis desanya
Namun gadis desa itu menikah
3 tahun setelah Lelaki ini pergi belajar ke luar negeri untuk Belajar
hal ini membuat ia sedih
namun ia tak mau larut dalam kesedihannya
kisah cintanya ia mulai dari awal lagi.
Ia kemudian jatuh hati pada Wanita Kairo.
Meskipun tidak terlalu cantik,
Ia tertarik pada gelombang unik yang keluar dari sorot mata wanita tesebut.
Tapi pengakuan bahwa gadis tersebut pernah menjalin cinta dengan laki-laki lain, membuat runtuh cinta lelaki ini
Ia hanya ingin wanita yang benar-benar perawan, baik fisik maupun hatinya
Akhirnya Ia membatalkan menikahi gadis tersebut.
Hal ini membuat Lelaki itu sedih cukup lama….
Sampai kemudian ia putuskan untuk menerima kembali wanita tersebut
Namun apa yang terjadi?? Ditolak.
Inilah yang kemudian membuat lelaki itu menulis roman-roman kesedihannya.
Yang luar biasa adalah, Lelaki Ini sadar dirinya berada dalam alam realitas.
Bukan dalam dunia ideal yang melulu posesif, indah dan ideal.
Kalau cinta tak mau menerimanya, biarlah ia mencari energi lain yang lebih hebat dari cinta. “Allah”,
Energi itulah yang kemudian membawanya ke penjara selama 15 tahun.
Menulis karya monumentalnya Tafsir “Fi Zilaalil Qur’an” (dalam naungan al qur’an).
Dan Syahid di tiang gantungan.
Sendiri!!!
Tidak ada air mata, tidak ada kecupan, tidak ada sentuhan wanita.
Benar-benar sendirian!!
Lelaki ini adalah
SAYYID QUTHB
Lelaki yang Alloh Maha Tahu…
Bahwa dirinya Lebih di HAJATKAN LANGIT…
Daripada wanita bumi….
Cinta memang tak harus memiliki…
Pada Salman…
Pada Thalhah
Pada Mu’awiyyah
Dan
Pada Sayyid Quthb
Kita belajar
Bahwa cinta itu harus di letakan di tangan
Bukan di hati
Karena sebelum deklarasi Akad di Ucapkan
Tak ada Hak pada dirimu….!!!
Tentang Wanita yang engkau cintai itu…..!!
Engkau hanya punya doa dan ikhtiar
Selanjutnya biarlah Alloh yang menentukan akhir kisah kita…..
Salman, Thalhah, Mu’awiyyah, Sayyid Quthb
Adalah LELAKI PENGGENGGAM HUJAN
Tak ada air mata..
Untuk mengenang kegagalan cinta mereka
Yang ada adalah air mata
Dalam doa-doa mereka
Semoga Alloh memberikan gantinya yang lebih baik
Lebih dari segala-galanya..
Di banding wanita itu…..
Sahabat…
Engkau pun Lelaki Penggenggam Hujan
Maka
Jangan Bersedihlah…
)I(hamzah)I(
di tulis di hangatnya waktu dhuha…di sejuknya udara Bandung….
………………………………………………………………………………………………………………………….
Pada Salman…
Pada Thalhah
Pada Mu’awiyyah
Dan
Pada Sayyid Quthb
aku ingin menjadi seperti kalian.
Lelaki Penggenggam Hujan.
Lelaki yang bukan menyerahkan isi hati nya untuk seorang kekasih.
Tetapi untuk kepada PILIHAN.
Aku ingin menjadi seperti Salman,memenjarakan keinginannya sehingga saat terbaik dalam dia MEMILIH.
Dan dipenjara lagi keinginannya demi saudara nya tercinta.
Biar sahaja lelaki biasa bukan Salman,pasti kan menderita.Pasti kan kejatuhan.memendamkan rasa.
Kerna Salman tahu.Salman faham.Lelaki mu’min tak kan pernah menyuarakan isi hati nya untuk melamar kekasih.
Salman tahu.Salman faham.Dia mahu mencari PILIHAN. Dan kerna malu yang ada sebagai seorang Mu’min diwakilkan diri nya oleh saudaranya..
Bahkan sangat indah.sanggup dia ketepikan rasa hatinya kerna saudaranya lebih dipilih wanita yang mula di cari nya sebagai Pilihan.
Salman tahu.Salman faham.itulah erti persaudaraan..
Aku ingin menjadi Thalhah.
Thalhah yang sedar pada silapnya.
Tuhan,dosa ku jika gunung menanggungnya,nescaya runtuh gunung itu.
Tuhan,dosa ku jika kuhadapkan pada mahkamah dunia,akan ku dihukum dengan hukuman paling dahsyat
Tuhan,dosaku jika ku hadap pada Mu,mahukah Kau ku ampunkan??
Aku ingin menjadi Muawiyah
Seorang lelaki budiman.
Yang sanggup merelakan.
Juga memendamkan rasa.Kerna tidak mahu menjadi zalim.
Aku ingin menjadi seperti Sayyid Qutb.
Cinta terpadu pada langkah yang ditapak.
Tak akan berganjak.
Dan dikhatamkan cinta nya dengan satu keindahan :KEMATIAN!!
Bahkan itulah cinta yang paling indah.
Sanggup kau mati kerna cinta mu wahai Syeikh.
Dan langkah mu mahu ku tapak wahai Syeikh

Hanya Perantara

Entah sejak kapan aku memiliki rasa ini...
Rasa yang mungkin belum saatnya muncul...
Rasa yang mengharuskanku berubah...
Berubah menjadi lebih baik.

Mungkin rasa ini ingin memiliki ...
Namun, siapalah aku...
Aku hanya manusia biasa...
Apa yang ada padaku hanya titipan...
Mungkin rasa ini pun hanya titipan...

Aku tidak berhak memiliki apapun...
Aku hanya bisa menjadi jalan...
Menjadi perantara...
Perantara munculnya kebaikan untuk orang lain...

Layaknya hujan yang turun...
Membawa udara dingin yang turun menusuk dada...
Namun, membawa ketenangan dalam kepala...
Hanya perantara...

Kamis, 03 November 2011

Mr. Simple


Aku seorang mahasiswa tingkat akhir di kampusku, kampus yang menurutku biasa tapi biayanya luar biasa. Aku bukan orangg asli dari daerah sini. Aku seorang perantau, pergi jauh dari tanah kelahiranku untuk berpetualang di tanah yang belumm pernah kudatangi sebelumnya. Petualangan ini tidak hanya petualangan jasadiyah, namun juga petualangan ruhiyah. Berusaha untuk mengenali potensi diri, dan mencari obat dari penyakit hati. Dan karena memang tidak hanya tubuh ini yang menyusuri lika-liku hari, pikiran dan hati ini pun berjalan dan berkenalan dengan pribadi yang lain, yang berbeda-beda satu sama lainnya. Terkadang memang terlalu lama berdiam dengan orang lain walau hanya sekedar membantu pribadi itu atau membutuhkan bantuannya.
Semakin lama ku melangkah, semakin ku tak mengerti. Banyak hal yang tidak kupahami. Tidak hanya tentang lingkungan sekitar ku saja, namun juga tentang diriku dan pola pikirku sendiri. Ya, bagaimana orang lain dapat mengerti dan memahami diriku, jika aku sendiri tidak dapat mengerti dan memahami diriku sendiri. Tapi pastinya, aku jadi lebih mudah memahami orang lain. Atau hanya menganggap orang lain itu simple, jadi bisa dianalisis.
Entahlah, mungkin aku selalu berudaha untuk tidak ambil pusing dengan apa yang terjadi. Aku yakin, apapun yang terjadi itu, itu yang terbaik bagiku “ALLAH tidak pernah dzalim terhadap hambaNya”. Jalani sajalah seperi biasa, buat target lalu jalankan, easy going like usual. Just be like yourself, just like that. Simple, kerjakan saja yang bisa kau kerjakan. Kejar apa yang bisa kau kejar. Aku hanya bisa berusaha, memberikan usaha yang terbaik yang bisa kuberikan.
Semua itu bergantung bagaimana kita menanggapinya. Keadaan atau kondisi apapun tidak akan menjadi masalah, jika kita tenang dan tidak menjadikan itu sebagai masalah. Mungkin, cara berpikir yang simple ini, yang membuat saya sulit berkembang. Terlalu simple, tapi ya beginilah aku. Aku akan tetap berusaha memeperbaiki kekuranganku. I’m on my way.


Aku tidak biasa sendiri lagi


Aku tidak biasa tidak bercerita.
Sejak ada kamu aku tidak biasa sendiri lagi.
Karena ada kamu, aku banyak bercerita.
Padahal biasanya aku tidak pernah bercerita.
Aku hanya bisa diam.

Saat ini ada banyak hal yang ingin aku ceritakan. Kau tau tempat tinggal ku yang sekarang kan? Sekarang sedang menjadi tempat istirahat dari beberapa mahasiswa yang baru beres seminar kemenpora di Hotel Horison. Para mahasiswa ini berasal dari berbagai daerah Indonesia, terutama yang menginap di tempat ku saat ini berasal dari yogyakarta dan jawatimur.
Aku ingin sekali menceritakan hal ini kepadamu. Jika kau tau, aku merasa bagai di kampung halaman sendiri. Mereka mayoritas orang jawa, jadi ketika berbicara dengan bahasa jawa, logatnya terasa kental sekali dalam bahasa kita ‘medok’. Lucu, sangat lucu. Aku sangat senang tapi juga sedih, sangat sedih sekali.
Aku sangat sedih karena aku tak bisa bercerita kepadamu. Banyak sekali hal yang ingin kubagi denganmu. Aku punya film baru yang lucu, aku punya musik instrumen yang buagus banget, yang mungkin bakal kamu sukai, dan saya yakin kamu pasti suka. Ada banyak hal yang ingin aku ceritkan kepadamu, banyak sekali. Aku benar-benar merasa sendiri di dalam keramaian dan kesenangan di sini.
Ada yang kurasa hilang dari dalam diriku. Ada yang kosong, aku butuh tempat untuk bercerita. Aku butuh hujan untuk meredam keramaian di tempat ini. Untuk mendatangkan kesepian dan ketenangan ke dalam hati ini. Aku butuh kamu, walau hanya sekedar bertukar kabar. Memang tampaknya aku bahagia, aku tertawa. Akan tetapi, jauh di dalam lubuk hati ini. Aku menangis, aku sendiri, aku kesepian, sulit ubtuk bergaul, aku sudah berusaha, berjuang, tetap ada yang kosong yang tidak dapat terganti di sini. Di dalam hati ini.


Rabu, 02 November 2011

Tentang Hujan

Sudah 3 hari ini dalam perjalanan aktivitasku selalu kehujanan. Bersama sang laptop yang selalu kujaga agar tetap segar, walau harus kurelakan sang jaket menjadi tamengnya dan motorku yang bernama classic. Kami bertiga sudah berkali-kali menemani dan membantuku menembus belantara jalan raya, membelah genangan air, dan menerobos serangan butiran hujan yang bertubi-tubi mengenai tubuh kami.
Sore itu di tengah perjalanan ke kosn, bahkan belum sampai pertengahan perjalanan, hujan turun perlahan tapi pasti. Kian lama kian menderas, seolah-olah ingin menahan perjalanan kami. Hanya dalam waktu singkat perlengkapan kami sudah basah kuyup. Akan tetapi yang paling tidak kusuka adalah kotornya jalanan yang membuat si classic menjadi korban keganasan motor lain, ia pun menjadi 'kotor'. Hal itu selalu membuat ku merasa iba padanya. Ia sudah pontang-panting ke setiap penjuru kota menemani petualanganku. Namun, aku kurang pandai merawat pemberian orang tuaku ini.
Ada hal lain yang tidak kusuka dari hujan. Hujan, membuat tubuhku melemah. Ya tubuhku yang kurus dan jarang dilatih ini kian melemah ketika hujan turun. Dinginnya, membuat jantungku sakit, perutku mengeras dan bdanku menggigil.
Fisikku memang tidak begitu menyukai hujan. Fisik ini memang terlalu ringkih. Namun berbeda dengan psikis dan emosiku. Mereka malah sebaliknya, mereka begitu menyukai hujan. Mereka merasa hujan malah menjaga dan melindungi mereka dari orang lain. Hujan menjaga rahasia mereka. Ketika ia harus menangis, ia bebas menangis tanpa perlu malu dibilang cengeng, karena hujan menutupinya. Sehingga hanya hujan yang mengetahui kesedihannya. Ketika ia marah, kesal dan penat. Ia bebas berteriak, karena hujan meredam suaranya. Hujang berusaha menutup telinga setiap orang, sehingga ia dapat berteriak lepas, mengeluarkan setiap penat yang ia rasa.
Yapz, memang tak ada yang sempurna. Kita hanya bisa berusaha untuk membuat sebuah kondisi untuk mendekati sempurna. Dengan berusaha mengkondisikan diri kita, maka lingkungan dan hal di sekitar kitapun ikut terkondisikan.
Saya akan berusaha melatih fisik yang lemah ini menjadi lebih kuat lagi, sehingga saya bisa berinteraksi lebih baik dengan hujan. Iya kita harus bisa merubah kondisi diri karena itu jalan yang lebih mungkin daripada membuat keadaan menjadi sesuai dengan kita....

Flowers

I'm sorry
At first...
i just want to help this lovely young woman...
i built a bridge...
then you gave me a painting...

but the bridge i built became a bridge between u and him...

Now I'll give ur hearth back...

The Love I've been dreaming of...
is all so close to me...
but all i can do is just watching u without words...
in this city of strange...
i lived day by day paiting love...
waiting and hoping that you will be here...
with the scents of daisies...

I finally recognize u...
But maybe we were not meant to be...
i never wanted to let this love fly away...


Sebuah potongan kalimat yang disesuaikan...
Cinta tidak harus memiliki, tapi harus diperjuangkan...
Harus ada keberanian dalam diri pun harus rela berkorban...
Aku masih tak bisa melupakan bau hujan itu...
Aku nyaman menghirup udara disekitarmu, seperti bau udara ketika hujan...

Dingin namun menyejukkan...

Selasa, 01 November 2011

Tenang

Ketenangan ini sudah lama tidak kurasa...
Keinginan yang menggebu...

Ya, walau terkadang hati terasa sakit dan perih...
Tetap kuyakin bahwa, sakit ini akan sembuh dan menyembuhkan...

Putus asa?
Jangan pernah putus asa akan rahmat Tuhanmu...
itu yang selalu ku ingat.

I'm not alone...
ALLAH ada dan selalu ada...
selalu memaafkan,
Sebesar apapun dosa yang pernah kita lakukan...
Selama kita mau berusaha memperbaiki diri...