Minggu, 06 November 2011

Tentang aku, kamu, dia, dan mereka

Entah, selalu kata itu menghiasi setiap perbincangan kita. Seperti sebuah kata yang harus ada dalam suatu kalimat atau mungkin paragraf.
Aku dan kamu tau, bahwa dia dan mereka akan menjadi bagian dari kita. Bahkan kita pun akan menjadi satu bagian. Entah apa yang terjadi, jika satu atau beberapa bagian itu tak bergabung. Bukan hanya akan kacau saja namun, bisa jadi malah akan kehilangan makna dari kesatuan itu. Hambar terasa, sangat hambar, ibarat sayur bukan hanya tanpa garam, tapi jugs tanpa bumbu yang lain. Tidak ada rasanya sama sekali. Ya, selalu muncul pertanyaan, kenapa tidak ada yang selaras dengan kita, bahkan diri kita sendiri pun tidak saling menyalaraskan diri. Masing-masing ingin dimengerti, ingin dipahami, tak pernah muncul solusi.

Mereka mungkin tak tau, bagaimana rumitnya cara kita. Tapi aku selalu berusaha membuatnya "nampak" tidak rumit, hanya "nampak" bukan benar-benar tidak rumit. Mereka hanya tau, bagaimana menyampaikan keinginan mereka kepada kita. Bagaimana melindungi kita dari setiap marabahaya, bukan hanya marabahaya fisik saja, namun juga marabahay psikis dan sosial. Tanpa mereka mau tau, apa yang telah dan akan kita alami. Bukan mereka yang akan menjalani kehidupan kita. Namun kita sendiri lah yang akan menjalaninya. Tapi, ya tetap saja kita pun memikirkan perasaan mereka.

Dan dia, dia hanya sebuah bagian yang harus kita perbaiki. Harus kita jaga, bukan hanya aku dan kamu dan mereka, tapi kita semua. Jika sendirian, kita tak akan mampu untuk menyelesaikannya. Bisa jadi dia semakin sulit dibereskan bahkan malah bisa menjadi sumber dari kekacauan yang akan datang. Kita harus menyelesaikannya bersama. Berpikir dengan kepala tenang dan hati yang lapang.



Tak bisakah seperti hujan hari ini?
Datang dengan ketenangan, Perlahan menghapus debu, membasuh kering, menggeser gersang.
Harum yang selalu dirindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar